Ngopi Sore, Bahas Startup Hijau yang Bikin Air Lebih Bersih
Sore itu aku duduk di warung kopi kecil dekat sungai yang kadang terlihat jernih, kadang keruh karena hujan. Aroma kopi hangat, suara gesekan cangkir, dan obrolan ringan tentang cuaca berubah jadi perbincangan yang lebih dalam: soal air. Aku jadi ingat beberapa startup hijau yang akhir-akhir ini muncul dengan solusi untuk membuat air lebih bersih tanpa harus memecahkan bank. Aku mau cerita sedikit, bukan presentasi formal. Hanya curhatan, cerita pengalaman, dan sedikit rasa kagum.
Kita sering menganggap air itu melimpah. Padahal, tidak semua air itu layak pakai. Polusi industri, limbah rumah tangga, pertanian yang memakai pestisida—semua menumpuk. Beberapa daerah mengalami kekeringan musiman. Di tempat lain, airnya tercemar mikroplastik dan logam berat. Masalahnya kompleks. Butuh solusi yang tidak hanya teknis, tapi juga sosial dan ekonomi.
Solusi lingkungan harus lintas disiplin. Teknologi pengolahan air penting. Tapi tanpa pendidikan masyarakat, sistem pemeliharaan, dan skema pembiayaan yang realistis, teknologi itu akan mangkrak. Aku suka melihat inisiatif yang memikirkan semuanya: teknologi yang sederhana, mudah dirawat, dan bisa dioperasikan komunitas lokal.
Ada satu pagi aku sempat mampir ke lab kecil milik sebuah tim startup lokal. Mereka bukan perusahaan besar. Hanya sekelompok orang dengan semangat yang besar dan meja penuh prototipe. Mereka menunjukkan modul filter yang terbuat dari bahan lokal, panel surya kecil, dan dashboard pemantauan yang bisa diakses lewat ponsel. Sederhana, tetapi elegan. Salah satu startup yang menarik perhatianku adalah ridwater, yang mencoba menggabungkan teknologi rendah energi dengan pendekatan komunitas.
Mereka bercerita tentang uji lapang pertama mereka di sebuah desa pesisir. Awalnya warga ragu. Setelah ada demonstrasi sederhana, dan setelah beberapa warga sendiri melihat hasil airnya, rasa skeptis itu berubah jadi dukungan. Bukan karena teknologi mahalnya, tapi karena teknologi itu bisa dijelaskan, diperbaiki, dan dioperasikan oleh orang setempat. Aku senang melihat hal seperti ini; kebanggaan komunitas itu menular.
Banyak orang membayangkan mesin raksasa dan pipa rumit ketika mendengar “pengolahan air”. Namun banyak startup memilih jalur lain: solusi modular dan hemat energi. Contohnya kombinasi saringan biologis (constructed wetlands), biochar untuk adsorpsi, membran filtrasi skala kecil, dan disinfeksi UV bertenaga surya. Ada juga yang menggunakan elektrokoagulasi untuk mengendapkan partikel halus. Semua itu digabung dengan sensor IoT untuk memantau kualitas air secara real-time.
Ada juga pendekatan yang memanfaatkan bahan lokal: arang bambu sebagai filter aktif, kerikil dan pasir yang dioptimalkan, tanaman air untuk remediasi. Pendekatan ini menurunkan biaya dan memudahkan pemeliharaan. Yang menarik, teknologi ini sering kali bersifat modular—bisa diperbesar atau diperkecil sesuai kebutuhan. Kalau rusak, komponennya bisa diganti satu per satu. Itu membuatnya tahan lama di lapangan.
Aku berpikir, yang dibutuhkan bukan hanya lebih banyak teknologi, tapi lebih banyak ruang untuk bereksperimen. Ruang di mana startup bisa coba ide, gagal, belajar, lalu coba lagi tanpa tekanan ekspektasi instan. Pemerintah bisa memberi skema pendanaan jangka panjang. Komunitas bisa membuka lahan percobaan. Investor harus sabar dan melihat dampak jangka panjang, bukan hanya laba cepat.
Di level individu, kita juga punya peran. Mengurangi limbah plastik, menjaga saluran air bersih, dan ikut mempelajari teknologi sederhana bisa membuat perbedaan. Dan tentu, dukungan kecil seperti hadir di demo, memberi feedback, atau sekadar membeli produk lokal bisa sangat berarti bagi startup kecil itu.
Balik lagi ke warung kopi, kopi sudah habis. Pembicaraan berakhir dengan janji sederhana: suatu hari aku mau ikut kegiatan uji lapang, bantu pasang filter di komunitas, atau menuliskan lagi cerita ini supaya lebih banyak orang tahu. Air bersih bukan sekadar isu teknis. Ini soal kehidupan. Dan jika ada startup hijau yang bisa menjadikan air lebih bersih dengan cara yang adil dan berkelanjutan, aku akan duduk lagi untuk ngobrol, minum kopi, dan mendengarkan lebih banyak cerita.
Pagi itu saya duduk di balkon sambil menyesap kopi dan menatap jendela yang menampilkan pemandangan…
Kisah Solusi Lingkungan Lewat Teknologi Pengolahan Air dan Startup Hijau Apa yang Membuat Air Menjadi…
Solusi Lingkungan Melalui Teknologi Pengolahan Air dan Startup Hijau Setiap pagi saya bangun dengan suara…
Catatan Pribadi Startup Hijau Solusi Lingkungan Lewat Pengolahan Air Satu pagi yang cerah, aku menatap…
Sedikit ceritaku tentang bagaimana kita bisa berbagi solusi lingkungan lewat teknologi pengolahan air. Aku mulai…
Perjalanan Solusi Lingkungan Lewat Teknologi Pengolahan Air dan Startup Hijau Saya sering teringat momen kecil…